Malam itu setelah sholat isya aku makan bersama sepupuku
kemudian ku lanjutkan dengan mengerjakan beberapa tugas dari kampus yang belum
sempat aku selesaikan. Lumayan menguras otak dan tenaga dengan tumpukan Askep
yang harus ditulis tangan. Beberapa jam kemudian semua berhasil aku selesaikan.
Tanganku terasa pegal dan punggungku sakit. Aku butuh
istirahat. Ku rebahkan tubuhku ke tempat tidur. Meluruskan sendi-sendi agar
bisa berelaksasi. Tak lama kemudian hanpone ku berdering menandakan ada pesan
masuk. Ku lihat layar handpone dari kontak yang sangat ku kenal. Ku buka sms
dan lansung ku baca. Isi pesannya sebuah pertanyaan. “Ayuu, jika kita
mencintai seseorang melebihi segalanya sedangkan statusnya belum menikah,
apakah itu sebuah dosa ?”. Aku terdiam sejenak. Kenapa pertanyaan ini
harus ditujukan padaku. Bukankah masih ada yang lebih paham mengenai hal ini.
Lalu ku balas dengan singkat “memangnya kenapa ?”. ku kirim
dengan seribu tanda Tanya yang memenuhi otakku. Apa yah maksud
pertayaan itu, kenapa harus aku..? gumamku dalam hati.
Selang beberapa detik kemudian dia pun membalasnya
lagi, “Aku hanya ingin tau”. Kata-katanya membuat otakku berfikir
dengan cepat. Ku ketik sebuah balasan. “cinta itu fitrah, dan rasa
sayang juga fitra yang ada pada setiap insan. Tapi bagaimana kita mengelolahnya
agar tidak membuat perasaan itu berujung dosa. Rasa cinta kepada seseorang yang
bukan muhrim secara berlebihan akan membuat kita dekat dengan dosa.
Seimbangkanlah cintamu. Jika engkau mencintai Allah maka kamu akan memiliki
segalanya”. Balasanku cukup panjang dan seperti orang berceramah. Aku tak
bermaksud menggurui tapi aku hanya ingin mengingatkan.
Ku putuskan untuk tidak meneruskan percakapan melalui
pesan singkat itu, kerena aku takut bisa merusak hati. Walaupun sebenarnya hati
ini ingin saling menyapa, dan hati ini pun ingin mengatakan sesuatu, tapi
biarlah rasa ini ku simpan dalam hati dan hanya Allah yang tau. Ku simpan
handponeku di samping batal, pikiranku melayang entah kemana sampai tak sadar
akhirnya aku terlelap.
*****
Tepat pukul 02.00 alarm berbunyi dengan lantunan adzan.
Mata ini rasanya susah sekali berkompromi tapi karena aku teringat sebuah kata,
Saat kita tidur setan membuat tiga simpul, jika kita bangun maka terlepaslah
simpul yang pertama, jika kita berwudhu terlepas sampul yang kedua, dan jika
kita sholat maka semua sampul akan terlepas. Aku segera bangun mengerjakan
kiyamul lail. Saat malam sunyi, saat Allah turun ke langit dunia
Seperti fiman Allah SWT di dalam Al-Qur’an : “ Pada
malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau.
Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.” (QS : Al-Isro’ :
79)
Seperti biasa, disaat seperti inilah aku sering curhat
kepada Raabku. Tentang semua yang aku alami dalam keseharianuku. Ku adukan
segala rasa rindu yang mencekam hati ini.
Ya Allah, ampuni aku dengan rasa yang tidak seharusnya
hadir. Hilangkanlah rasa ini Ya RAbb, ganti dengan rasa sayang kepada-Mu.
Air mataku bercucuran, merupakan suatu nikmat tersendiri
saat aku mencurahkan isi hatiku dalam do’a. Ar-Rahman Ar-Rahim, selalu setia
menemani dan mendengarku.
*****
Selesai bermunajat aku kembali ke tempat tidur. Tapi mata
ini sangat sulit untuk terpejam. Ku ambil handpone putihku, Ternyata ada sebuah
pesan singkat darinya. Isinya sangat singkat "Aku mencintaimu karena
Allah". BErgetar hati ini membaca kata itu. kurasakan hangatnya air mata
mengalir dipipiku. kata yang selama ini aku tunggu, kata yang tak pernah
diucapkan orang lain kepadaku. Kata itu seakan merobek dinding pertahan yang ku
bangun. hatiku terasa begitu rapuh, sangat rapuh tapi aku teringat lagi dengan prinsipku
dan kucoba kuatkan hatiku.
Ahhh Lagi-Lagi aku haruuss perang batin. Disatu sisi tak
bisa aku pungkiri bahwa ada sesuatu terpendam dihati ini yang ingin segera aku
ungkapkan tapi disisi lain ada yang selalu menghalangiku yaitu ketakutanku
memikirkan TUhanku. Akan hukum-hukum yang akan aku peroleh. Akan aturan-aturan
dalam agama yang harus ku taati. Dan ketakutan itu mengalahkan segalanya. Lebih
tepatnya ketakutanku kepada tuhanku melebihi Kegelisahanku memikirkan perasaan
ini.
Yaaaa.....karna perasaan ini belum saatnya dan Allah
menyediakan waktu untuk semua itu, Entah kapan waktu itu akan datang
menghampiriku. Semua itu rahasia Allah dan akan indah pada waktunya..
Aku memang tersentuh dengan kata itu tapi sama sekali
tidak sejalan dengan pikiranku saat ini. Hal itu Membuat otakku mengeluarkan
seribu pertanyaan. Bukankah jika kau mencintaiku karena Allah kau akan menjaga
imanmu dan imanku. Bukankah jika kau mencintaiku karena Allah kau akan berusaha
menjauhiku agar kita bisa menjaga izza dan iffa. Bukankah cinta karena Allah
itu akan memilih untuk tetap diam dan menyerahkan rasa itu kepada Allah.
Bagaimana dengan hijab kita. Ungkapanmu membuat bunga ditaman hatiku layu.
Karena belum saatnya ia mekar. Sungguh Prinsip hidupku tak bisa aku langgar.
"Aku tak akan mengenal kata pacaran lagi dalam kamus hidupku" karena
tak ada satupun kegiatan dalam pacaran yg sesuai dengan syariat islam. Biarlah
aku sendiri bersama Allah, sampai orang yang Dia pilihkan untukku datangaku
menjemputku.
Yaa, dia adalah jodohku nanti. pilihan Allah yang telah
tertulis di Lauhul Mahfudz untuk diriku. Aku tak boleh rapuh hanya kearena kata
itu. . . karena belum tentu namamu yg ada di Laihul mahfuz sana. Aku harus
tetap sabar sampai waktu yang ditentukan Allah itu tiba.
Aku tidak ingin kembali lagi, aku tidak ingin
terperangkap lagi dalam ikatan itu. Ikatan yang disebut pacaran. Itu haram, itu
haram. Aku takut mendekati zina. Ucapku
lirih sambil terseduh-seduh.
Bibirku terus mengucap asmanya. Ku reguk kekuatan demi
kekuatan disetiap asma yang terucap. Hmmm Memang sangat sulit betahan dalam
sebuah prinsip, tapi ingatlah janji Allah saat hati mulai rapuh. Janji Allah
tak pernah diingkari. Sekarang kekasihku adalah Rabbku. Aku tidak akan pacaran
lagi kecuali pacaran yang halal setelah aku menikah. Maafkan aku. This is my
road.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar