Hari
minggu adalah hari istrahat bagiku. Entah itu adalah hari mecuci sedunia. Hari
tidur sampai puas, atau hari untuk jalan-jalan.
Minggu
yang indah. Saat ku buka pintu matahari tersenyum dengan cerah. Kebetulan
hari libur. Aku ngapain yah..? Awalnya aku berniat untuk refresing atau sekedar
jalan-jalan ke Mal. Tapi kemudian aku berfikir, hmmm apa yang akan aku dapatkan
? bukankah masih banyak hal bermanfaat yang bisa aku kerjakan. Dan aku putuskan
untuk menyelesaikan tumpukan cucianku yang sudah menunggu untuk aku bersihkan.
Selesai
mencuci aku istirahat dengan membaca beberapa halaman buku. Lumayanlah untuk
menambah pengetahuan. Tak sadar sampai aku tertidur dengan buku di genggamanku.
Tak lama kemuadian aku terbangun Dengan indahnya suara adzan yang dilantunkan
muadzin dari mesjid dekat kontrakanku. Aku besegerah bagun menyambut
panggilan itu untuk menghadap Rabb-ku. Memadu cinta dengan-Nya. Rasanya tak ada
sedikitpun beban saat bersama-Nya
Siang-siang
gini sunyi juga kalau sendiri. Jadi teringat rumah. Dengan suasana serbah
gaduh. Dengan teriakan-teriakan adikku. Aku menjadi sangat rindu dengan suasana
seperti itu.
Ku
pandangi seisi ruangan kamarku. Tiba-tiba Mataku tertujuh pada sebuah foto.
Foto ku bersama keluarga saat idul fitri 1432 H. Melihat wajah mereka, senyum
mereka. Ahhhh tentu saja membuat mata ku menjadi perih. Kerinduan didalam hati
yang mengebu-gebu. Seakan ingin ku hadikan mereka di tengah kesendiarianku ini.
Dengan
segera aku tepis rasa rindu itu, dan berkata dalam hati “Ayu harus
mandiri, Ayu harus sabar menahan rasa rindu demi menggapai cita-cita”. Satu
tekad yang membuatku bertahan hidup sendiri ditengah kerasnya dunia.
Menguras otak, tenaga, dan air mata. Kadang putus asa menyergap tapi saat
senyum mereka terbayang dipelupuk mataku, aku seakan punya kekuatan super.
Apalagi jika nasihat-nasihat mereka terngiang ditelingaku, rasanya aku ingin
terus dan terus berjuang menggapai mimpi. Mewujudkan harapan mereka. Tak
sedikitpun terbesit dalam hatiku untuk mengecewakan mereka. Bahkan aku
sangat-sangat takut jika amanah mereka aku langgar.
Permintaan
mama dan papa sederhana saja. Kuliah yang benar, jangan lupa sholat, jaga diri
dan jaga kesehatan. Tapi terkadang diri ini sering lalai. Apalagi jika tugas
kuliah menumpuk, rasanya kaki ini sulit melangkah menuju kampus. Butuh kekuatan
untuk memaksakan diri jika penyakit malas itu datang. Tapi begitulah manusia.
Sering dikuasai oleh hawa nafsunya sendiri. Makanya kita harus
pandai-pandai mengendalikannya agar tidak jatuh lebih jauh lagi. penyakit malas
adalah hal yang paling susah untuk dihilangkan. Tapi kita juga harus ingat apa
tujuan awal kita. Pasti semua orang ingin sukses bukan? Dan kunci kesuksesah
adalah usaha. Contoh kecil usaha yang harus dilakukan adalah menghilangkan rasa
malas yang mendarah daging didalam diri kita.
Nasihat
mereka. Sungguh seperti guru yang memotivasiku untuk melawan rasa malasku.
Memaksaku untuk terus berbuat yang terbaik. Sebisaku, semampuku. Karna ku ingin
terus melihat senyum indah itu. Senyum indah yang penuh ketulusan kasih sayang.
Akan do’a yang terus mereka titipkan kepada Allah, akan harapan-harapan yang
membuat mereka terus berjuang untuk kebahagianku, akan tetesan-tetesan keringat
yang terus jatuh demi keberhasilanku. Sungguh aku akan merasa seperti anak yang
tidak tau terimah kasih jika aku hanya menyia-nyiakan usaha dan kerja keras
mereka.
Tidak, aku tidak boleh malas. Aku tidak boleh cengeng. Aku harus lebih giat
lagi. Karna aku ingin senyum mereka tetap berseri seindah mentari. Melihatku
menjadi anak yang patuh dan berbakti kepada orang tua.
Mama, papa, harapan kalian terlalu indah untuk aku hancurkan. senyum kalian
terlalu berharga untuk aku pudarkan. Tetaplah tersenyum karena senyum kalian
adalah cahaya yang menerangi kegelapan dalam setiap langkah kakiku. Doa kalian
adalah pelita dalam hidupku. Semuanya terlalu berharga sehingga diri ini takut
untuk menghancurkannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar