Rabu, 09 Mei 2012

Pelulusan yang berkesan


Tak terasa waktu berlalu. Detik demi detik, menit, jam, hari, bulan, tahun dan sebentar lagi aku akan meninggalkan sekolah ini.
Ujian nasional 2 bulan lagi, Les mulai diadakan disekolah . Karena rumahku cukup jauh dari sekolah terkadang aku pulang saat les selesai. Malam hari adalah waktunya aku dan teman-teman kelompok belajar membahas soal-soal UN ditemani pembimbing. Waktuku habis untuk belajar. Aku belajar semaksimal mungkin untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional.

*****
Seperti baru kemarin aku duduk dikelas 1 tau-taunya 2 hari lagi UN akan dilaksanakan. Ruang ujian mulai ditata dengan rapi, nomor dan kartu ujian dibagikan lengkap dengan pensil dan karet penghapus 2B.

Hari ujianpun tiba, sebelum masuk keruangan aku berdoa. Ya Allah semoga aku bisa menjawab soal dengan baik.
3 tahun aku habiskan untuk belajar disekolah ini, dan hasilnya hanya ditentukan oleh 3 hari. Aku harus berbuat yang terbaik didetik-deti terakhir ini.

Selama ujian berlangsung. Alhamdullah aku bisa melaluinya dengan baik. Aku tak tau dengan hasilnya nanti. Yang penting aku sudah berusaha semaksimal mungkin dan berdoa semoga aku lulus dengan nilai terbaik. Insya Allah.

*****

Pagi masih sepi hanya suara kokok ayam bersahut-sahutan. Setelah sholat subuh aku duduk di teras memandang dedaunan yang masih basah. Ada dua kata yang bergelayut dalam pikiranku “LULUS atau TIDAK”.

Aku sengaja bangun sangat pagi karena hari ini adalah hari yang menegangkan untukku. Hari ini adalah hari penentuan apakah aku bisa lanjut ke SMA. Akhirnya hari itupun datang, setelah hampir sebulan libur menunggu hasil yang akan aku peroleh dari usahaku.. Aku mandi lebih dulu sebelum adik-adikku. Aku ingin berangkat lebih pagi kesekolah.

Selesai memakai pakaian seragam, aku memandang diriku didepan cermin. Hari ini terakhir aku memakai seragam putih biru ini. Ku menunduk sejenak dan berdoa. Ya Allah semoga hari ini adalah hari yang bahagia untukku. AMIN Ya RAbb

Ku dengar suara mama didepan pagar. Akhirnya mama datang juga dari pasar. Mama menyiapkan sarapan untukku dan adik-adik. Setelah sarapan papa mengantarku ke sekolah.

*****

Ku masuki gerbang sekolah “Bismillahirrahmanirrahim” senyumku mengembang. Suasana sekolah masih seperti biasa. Adik-adik kelas terlihat antusias belajar, ada beberapa orang yang saling Tanya jawab dibawah pohon ketapang, ada yang duduk didepan kelas sambil bercerita, ada yang membaca. Melihat mereka memori-memori 3 tahun silam terbayang dimataku selama aku berada dilingkungan sekolah ini.

Aku dan teman-teman berkumpul dikelas. Ada yang mondar-mandir, ada yang berdiam diri, ada yang sampai pucat. Ku perhatikan satu per satu wajah teman-temanku. Raut wajah Semuanya menunjukkan harap-harap cemas. Tak kala dengan diriku yang terlihat tenang tapi sesungguhnya tak setenang senyum diwajahku.

Kami menunggu hingga jam 2 siang, tapi pengumuman tak kunjung dimulai. Tak lama kemudian salah seorang guru memberitahu bahwa hari ini pengumuman batal karena kepala sekolah belum datang membawa hasilnya. Pengumuman akan dilaksanakan besok pagi. Kami lemas mendengar berita itu. Sudah seharian menunggu padahal tidak jadi. Kami pun pulang kerumah masing-masing dengan hati yang bertanya-tanya.. “LULUS ATAU TIDAK ?”.

*****

Sejam kemudian aku sampai dirumah dengan wajah yang kusam. “bagaimana hasilnya..? Apa ayu lulus..?” Tanya mama dengan wajah penasaran. “Aku tidak tau ma, karena penguman hari ini batal. Katanya ditunda sampai Besok” jawabku dengan suara lemas. Lalu aku berlalu dari hadapan mama dan masuk ke kamar.

Baru saja aku merebahkan tubuh ketempat tidur mama memanggilku dari luar. Dengan segera aku bangkit lagi dan berlari ke teras. “ada apa ma..?” tanyaku. Aku pikir mama akan menyuruhku membeli sesuatu. “katanya pengumuman kelulusan disekolahmu jam 3 akan dilaksanakan. “Baru saja temanmu datang memberitahu. Katanya kalian diminta kembali lagi kesekolah” jelas mama.

Tanpa berpikir lagi aku lansung berlari kekamar dan memakai kembali pakaian seragamku. 5 menit kemudian aku keluar dan pamit sambil mencium tangan mama. “do’akan aku ya ma, semoga aku lulus”. Mama tersenyum. Aku lansung naik kemotor temanku. Waktu itu Aku berangkat bersama temanku karena papa sedang keluar jadi tidak sempat mengantarku.

Setibanya disekolah teman-temanku sudah banyak yang berkumpul. Ada yang menangis, ada yang berpelukan satu sama lain. Akupun segera bergabung bersama mereka. Mungkin hari ini terakhir kami bersama-sama disekolah kebanggaan kami ini.

Ku pandangi ruang kelasku lalu mataku kemudian memandangi seluruh sudut sekolah ini. Aku terdiam sejenak. Rasanya berat untuk meninggalkan sekolah ini. Ku bayangkan semua kenangan-kenanganku bersama teman-teman, suka-duka yang pernah aku alami selama disekolah ini bersama sahabat-sahabat tersayangku. Guru-guru hebat yang setiap hari mengajariku berbagai ilmu penegetahuan. Pak Andi dan Pak Elyas yang mengajariku matematika, mengajarkanku berbagai rumus perhitunagan. Ibu Damayanti yang dengan sabar mengajariku bahasa inggris. Pak aziz yang tak bosan-bosan mengajariku ilmu agama. Pak nasir yang dengan semangat mengajari kami bahasa Indonesia dan bermimpi setinggi-tingginya. Ibu tini wali kelas paling pengertian yang selalu mengurus kami dengan penuh perhatian. Pak Hais yang selalu memberi kami semangat setiap apel pagi dan siang. Pak suryanto kepala sekolah yang selalu memberikan yang terbaik untuk sekolah ini. Ibu bau, Pak Fachrudin, Ibu Chatrina, Pak Zainal, Pak japhari, Ibu Haryati, Pak sugi, Pak Djupri, dan ibu Sarah yang selalu setia membimbing kami setiap hari. Kak yanto, kak eti, dan kak nemi, tata usaha yang ramah. Semua bimbingan mereka yang membuatku hingga seperti sekarang ini.

Ku ingat semua prestasi yang ku ukir selama aku disekolah ini. Semuanya terlalu indah untuk aku tinggalkan. Tapi aku sadar setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
SMP NEGERI 1 TOTIKUM, disini aku belajar banyak hal. Ku mendapat teman-teman baik yang selalu menasehatiku. Aku pasti akan selalu merindukan sekolah ini. Tak sadar ternyata sejak tadi air mataku jatuh. Ku usap wajahku sambil tersenyum kepada teman-teman.

Tak lama kemudian guru-guru memerintakan kami untuk bebaris. Kupandangi orang-orang disekeliling kami yang menyaksikan pengumuman itu. Kebanyakan dari orang tua itu adalah orang tua teman-temanku. Mata ku kemudian tertuju pada seorang laki-laki paruh bayah. Dia sosok yang sangat ku kenal. Ya, dia papa tersayangku. Ternyata papa menyusulku ke sekolah.

Guru-guru telah bersiap didepan kami. Salah seorang guru memegang banyak amplop berisi hasil yang akan kami peroleh dari perjuanagan kami selama tiga tahun sekolah disini. Dan sebentar lagi akan dibagikan kepada kami.

Semua pandangan guru-guru tertuju padaku. Aku bingung kenapa aku ditatap seperti itu. Ibu Tini yang sedari tadi menatapku kemudian masuk keruang kantor sambil mengusap air mata. Hatiku bertanya-tanya, ada apa dengan diriku.

Pak Hais pun memulai pembicaraan. Beliau menyampaikan pesan dan kesan. Lalu terakhir beliau berkata apakah kalian siap jika dinyatakan tidak lulus. Kami semua menunduk. Air mata kami jatuh.

Setelah pak Hais selesai memberikan pengarahan, mulailah amplop dibagikan kepada masing-masing siswa. Kulihat amplop ditangan para guru berkurang satu persatu hingga akhirnya habis. Aku dan 5 orang temanku tidak mendapat amplop.

Teman-teman sudah membuka amplopnya dan mereka semua dinyatakan lulus. Jantungku berdegup sangat kencang. Bagaimana dengan hasil ujianku? Bagaimana nasibku dan 5 orang temanku.

Pak Hais lalu meminta ku bersama kelima orang temanku maju kedepan. “kenapa kalian seperti ini. Kenapa hasil ujian kalian mengecewakan. Padahal kalian adalah siswa-siswa berpresatasi” ucap pak hais dengan nada kecewa. Tapi sungguh hatiku juga sangat kecewa. Dari kata-kata pak Hais itu aku mengambil kesimpulan bahwa kamilah siswa yang tidak lulus. Air mata menggenang menggenang disudut mataku. Ingin rasanya segera tumpah tapi kutahan. Mungkinkah ini sebuah ujian. Ku menunduk, tak sanggup kuangkat lagi wajahku yang sudah basa dengan air mata. Ingin rasanya aku pinsan saat itu. Ya Allah aku tak kuat menerima kenyataan ini. Kasian papa, dia pasti kecewa karena aku gagal. Aku terseduh-seduh menahan isak tangis yang ingin segera meledak.

15 menit kemudian kepala sekolah yang bicara menyampaikan pesan dan kesan. Lalu beliau memandangi kami berenam. Sebelum meneruskan pembicaraan beliau diam sejenak membuat jantungku berdegup semakin keras. Ya Allah kuatkan hamba menerima apapun hasilnya. Kepala sekolah lalu bertepuk tangan dan berkata “siswa-siswa yang berada didepan adalah siswa-siswa berprestasi dan lulus dengan nilai yang baik. Nilai terbaik diperoleh Yuliarti” kepala sekolah menyebut namaku. Aku kaget, bahagia, bercampur haru. Benarkah yang baru saja ku dengar. Aku langsung duduk dan sujud syukur. Ternyata Allah mendengar doa ku selama ini. Usahaku tidak sia-sia. Alhamdullah, Terima kasih Ya Allah atas karuniamu hari ini.

Aku beum berhenti menangis. Ternyata tadi aku hanya dikerjain oleh guru-guruku. Lalu salah seorang guru berkata “udah jangan nagis lagi, kan sudah dapat nilai terbaik”. Aku pun tersenyum sambil menghapus air mataku. Ku peluk guru-guruku, kucium tangan mereka satu persatu. Keberhasilan yang ku peroleh hari ini adalah berkat usaha mereka yang setiap hari dengan sabar mendidikku.

Hari itu menjadi hari bahagia yang tak pernah bisa aku lupakan. Juni 2007, Aku  lulus dari SMP NEGERI 1 TOTIKUM dengan nilai tertinggi dari semua teman-temanku. Sungguh hari ini membuatku sanagt tegang. Tapi alhamdulillah hasilnya tidak mengecewakan.

Setelah selesai mngucap salam perpisahan kepada guru-guru dan teman-teman. Aku berlari kearah papa, kucium tangan papa. Hari itu papa tetap hadir menyaksikan pengumumanku. Papa terbaik sedunia menurutku. Sejak kelas 1 hingga aku kelas 3 papa selalu menyempatkan diri untuk datang mengambil Laporan pendidikanku. Itulah sebabnya aku selalu belajar dengan giat karena aku tidak ingin melihat papa kesayanganku kecewa saat datang mengambil laporan pendidikanku. Dan hingga hari ini, aku lulus dengan nilai terbaik dia tetap hadir. Terimah kasih Papa.

*****

Aku dan papa pulang. Motor yang papa kendarai melaju dengan cepat. Selama diperjalanan aku tak henti-hentinya mengucap syukur. Aku sangat bahagia hari ini. Tak sabar ingin segera sampai ke rumah, memberitahu kabar gembira ini kepada mama.
Baru saja motor papa tiba didepan pintu pagar aku sudah berteriak “mama aku lulus dengan nilai terbaik” suaraku nyaring dengan wajah berseri-seri. Mama dan papa sangat bahagia aku bisa mencapai prestasi yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme