Tak
terasa waktu berlalu. Detik demi detik, menit, jam, hari, bulan, tahun dan
sebentar lagi aku akan meninggalkan sekolah ini.
Ujian
nasional 2 bulan lagi, Les mulai diadakan disekolah . Karena rumahku cukup jauh
dari sekolah terkadang aku pulang saat les selesai. Malam hari adalah waktunya
aku dan teman-teman kelompok belajar membahas soal-soal UN ditemani pembimbing.
Waktuku habis untuk belajar. Aku belajar semaksimal mungkin untuk mempersiapkan
diri menghadapi Ujian Nasional.
*****
Seperti
baru kemarin aku duduk dikelas 1 tau-taunya 2 hari lagi UN akan dilaksanakan.
Ruang ujian mulai ditata dengan rapi, nomor dan kartu ujian dibagikan lengkap
dengan pensil dan karet penghapus 2B.
Hari
ujianpun tiba, sebelum masuk keruangan aku berdoa. Ya Allah semoga aku bisa
menjawab soal dengan baik.
3
tahun aku habiskan untuk belajar disekolah ini, dan hasilnya hanya ditentukan
oleh 3 hari. Aku harus berbuat yang terbaik didetik-deti terakhir ini.
Selama
ujian berlangsung. Alhamdullah aku bisa melaluinya dengan baik. Aku tak tau
dengan hasilnya nanti. Yang penting aku sudah berusaha semaksimal mungkin dan
berdoa semoga aku lulus dengan nilai terbaik. Insya Allah.
*****
Pagi
masih sepi hanya suara kokok ayam bersahut-sahutan. Setelah sholat subuh aku
duduk di teras memandang dedaunan yang masih basah. Ada dua kata yang
bergelayut dalam pikiranku “LULUS atau TIDAK”.
Aku
sengaja bangun sangat pagi karena hari ini adalah hari yang menegangkan
untukku. Hari ini adalah hari penentuan apakah aku bisa lanjut ke SMA. Akhirnya
hari itupun datang, setelah hampir sebulan libur menunggu hasil yang akan aku
peroleh dari usahaku.. Aku mandi lebih dulu sebelum adik-adikku. Aku ingin berangkat
lebih pagi kesekolah.
Selesai
memakai pakaian seragam, aku memandang diriku didepan cermin. Hari ini terakhir
aku memakai seragam putih biru ini. Ku menunduk sejenak dan berdoa. Ya Allah
semoga hari ini adalah hari yang bahagia untukku. AMIN Ya RAbb
Ku
dengar suara mama didepan pagar. Akhirnya mama datang juga dari pasar. Mama
menyiapkan sarapan untukku dan adik-adik. Setelah sarapan papa mengantarku ke
sekolah.
*****
Ku
masuki gerbang sekolah “Bismillahirrahmanirrahim” senyumku mengembang. Suasana
sekolah masih seperti biasa. Adik-adik kelas terlihat antusias belajar, ada
beberapa orang yang saling Tanya jawab dibawah pohon ketapang, ada yang duduk
didepan kelas sambil bercerita, ada yang membaca. Melihat mereka memori-memori
3 tahun silam terbayang dimataku selama aku berada dilingkungan sekolah ini.
Aku
dan teman-teman berkumpul dikelas. Ada yang mondar-mandir, ada yang berdiam
diri, ada yang sampai pucat. Ku perhatikan satu per satu wajah teman-temanku.
Raut wajah Semuanya menunjukkan harap-harap cemas. Tak kala dengan diriku yang
terlihat tenang tapi sesungguhnya tak setenang senyum diwajahku.
Kami
menunggu hingga jam 2 siang, tapi pengumuman tak kunjung dimulai. Tak lama
kemudian salah seorang guru memberitahu bahwa hari ini pengumuman batal karena
kepala sekolah belum datang membawa hasilnya. Pengumuman akan dilaksanakan
besok pagi. Kami lemas mendengar berita itu. Sudah seharian menunggu padahal
tidak jadi. Kami pun pulang kerumah masing-masing dengan hati yang
bertanya-tanya.. “LULUS ATAU TIDAK ?”.
*****
Sejam
kemudian aku sampai dirumah dengan wajah yang kusam. “bagaimana hasilnya..? Apa ayu
lulus..?” Tanya mama dengan
wajah penasaran. “Aku tidak
tau ma, karena penguman hari ini batal. Katanya ditunda sampai Besok” jawabku dengan suara lemas. Lalu aku
berlalu dari hadapan mama dan masuk ke kamar.
Baru
saja aku merebahkan tubuh ketempat tidur mama memanggilku dari luar. Dengan
segera aku bangkit lagi dan berlari ke teras. “ada
apa ma..?” tanyaku. Aku pikir
mama akan menyuruhku membeli sesuatu. “katanya
pengumuman kelulusan disekolahmu jam 3 akan dilaksanakan. “Baru saja temanmu datang
memberitahu. Katanya kalian diminta kembali lagi kesekolah” jelas mama.
Tanpa
berpikir lagi aku lansung berlari kekamar dan memakai kembali pakaian
seragamku. 5 menit kemudian aku keluar dan pamit sambil mencium tangan mama. “do’akan aku ya ma, semoga aku
lulus”. Mama tersenyum. Aku lansung naik kemotor temanku. Waktu itu Aku
berangkat bersama temanku karena papa sedang keluar jadi tidak sempat mengantarku.
Setibanya
disekolah teman-temanku sudah banyak yang berkumpul. Ada yang menangis, ada
yang berpelukan satu sama lain. Akupun segera bergabung bersama mereka. Mungkin
hari ini terakhir kami bersama-sama disekolah kebanggaan kami ini.
Ku
pandangi ruang kelasku lalu mataku kemudian memandangi seluruh sudut sekolah
ini. Aku terdiam sejenak. Rasanya berat untuk meninggalkan sekolah ini. Ku
bayangkan semua kenangan-kenanganku bersama teman-teman, suka-duka yang pernah
aku alami selama disekolah ini bersama sahabat-sahabat tersayangku. Guru-guru
hebat yang setiap hari mengajariku berbagai ilmu penegetahuan. Pak Andi dan Pak
Elyas yang mengajariku matematika, mengajarkanku berbagai rumus perhitunagan.
Ibu Damayanti yang dengan sabar mengajariku bahasa inggris. Pak aziz yang tak
bosan-bosan mengajariku ilmu agama. Pak nasir yang dengan semangat mengajari
kami bahasa Indonesia dan bermimpi setinggi-tingginya. Ibu tini wali kelas
paling pengertian yang selalu mengurus kami dengan penuh perhatian. Pak Hais
yang selalu memberi kami semangat setiap apel pagi dan siang. Pak suryanto
kepala sekolah yang selalu memberikan yang terbaik untuk sekolah ini. Ibu bau,
Pak Fachrudin, Ibu Chatrina, Pak Zainal, Pak japhari, Ibu Haryati, Pak sugi,
Pak Djupri, dan ibu Sarah yang selalu setia membimbing kami setiap hari. Kak
yanto, kak eti, dan kak nemi, tata usaha yang ramah. Semua bimbingan mereka
yang membuatku hingga seperti sekarang ini.
Ku
ingat semua prestasi yang ku ukir selama aku disekolah ini. Semuanya terlalu
indah untuk aku tinggalkan. Tapi aku sadar setiap pertemuan pasti ada
perpisahan.
SMP NEGERI 1 TOTIKUM, disini aku belajar banyak hal. Ku mendapat teman-teman baik yang selalu menasehatiku. Aku pasti akan selalu merindukan sekolah ini. Tak sadar ternyata sejak tadi air mataku jatuh. Ku usap wajahku sambil tersenyum kepada teman-teman.
SMP NEGERI 1 TOTIKUM, disini aku belajar banyak hal. Ku mendapat teman-teman baik yang selalu menasehatiku. Aku pasti akan selalu merindukan sekolah ini. Tak sadar ternyata sejak tadi air mataku jatuh. Ku usap wajahku sambil tersenyum kepada teman-teman.
Tak
lama kemudian guru-guru memerintakan kami untuk bebaris. Kupandangi orang-orang
disekeliling kami yang menyaksikan pengumuman itu. Kebanyakan dari orang tua
itu adalah orang tua teman-temanku. Mata ku kemudian tertuju pada seorang
laki-laki paruh bayah. Dia sosok yang sangat ku kenal. Ya, dia papa
tersayangku. Ternyata papa menyusulku ke sekolah.
Guru-guru
telah bersiap didepan kami. Salah seorang guru memegang banyak amplop berisi
hasil yang akan kami peroleh dari perjuanagan kami selama tiga tahun sekolah
disini. Dan sebentar lagi akan dibagikan kepada kami.
Semua
pandangan guru-guru tertuju padaku. Aku bingung kenapa aku ditatap seperti itu.
Ibu Tini yang sedari tadi menatapku kemudian masuk keruang kantor sambil
mengusap air mata. Hatiku bertanya-tanya, ada apa dengan diriku.
Pak
Hais pun memulai pembicaraan. Beliau menyampaikan pesan dan kesan. Lalu
terakhir beliau berkata apakah kalian siap jika dinyatakan tidak lulus. Kami
semua menunduk. Air mata kami jatuh.
Setelah
pak Hais selesai memberikan pengarahan, mulailah amplop dibagikan kepada
masing-masing siswa. Kulihat amplop ditangan para guru berkurang satu persatu
hingga akhirnya habis. Aku dan 5 orang temanku tidak mendapat amplop.
Teman-teman
sudah membuka amplopnya dan mereka semua dinyatakan lulus. Jantungku berdegup
sangat kencang. Bagaimana dengan hasil ujianku? Bagaimana nasibku dan 5 orang
temanku.
Pak
Hais lalu meminta ku bersama kelima orang temanku maju kedepan. “kenapa kalian
seperti ini. Kenapa hasil ujian kalian mengecewakan. Padahal kalian adalah
siswa-siswa berpresatasi” ucap pak hais dengan nada kecewa. Tapi sungguh hatiku
juga sangat kecewa. Dari kata-kata pak Hais itu aku mengambil kesimpulan bahwa
kamilah siswa yang tidak lulus. Air mata menggenang menggenang disudut mataku.
Ingin rasanya segera tumpah tapi kutahan. Mungkinkah ini sebuah ujian. Ku
menunduk, tak sanggup kuangkat lagi wajahku yang sudah basa dengan air mata.
Ingin rasanya aku pinsan saat itu. Ya Allah aku tak kuat menerima kenyataan
ini. Kasian papa, dia pasti kecewa karena aku gagal. Aku terseduh-seduh menahan
isak tangis yang ingin segera meledak.
15
menit kemudian kepala sekolah yang bicara menyampaikan pesan dan kesan. Lalu
beliau memandangi kami berenam. Sebelum meneruskan pembicaraan beliau diam
sejenak membuat jantungku berdegup semakin keras. Ya Allah kuatkan hamba
menerima apapun hasilnya. Kepala sekolah lalu bertepuk tangan dan berkata
“siswa-siswa yang berada didepan adalah siswa-siswa berprestasi dan lulus
dengan nilai yang baik. Nilai terbaik diperoleh Yuliarti” kepala sekolah
menyebut namaku. Aku kaget, bahagia, bercampur haru. Benarkah yang baru saja ku
dengar. Aku langsung duduk dan sujud syukur. Ternyata Allah mendengar doa ku
selama ini. Usahaku tidak sia-sia. Alhamdullah, Terima kasih Ya Allah atas
karuniamu hari ini.
Aku
beum berhenti menangis. Ternyata tadi aku hanya dikerjain oleh guru-guruku.
Lalu salah seorang guru berkata “udah jangan nagis lagi, kan sudah dapat nilai
terbaik”. Aku pun tersenyum sambil menghapus air mataku. Ku peluk guru-guruku,
kucium tangan mereka satu persatu. Keberhasilan yang ku peroleh hari ini adalah
berkat usaha mereka yang setiap hari dengan sabar mendidikku.
Hari
itu menjadi hari bahagia yang tak pernah bisa aku lupakan. Juni 2007, Aku
lulus dari SMP NEGERI 1 TOTIKUM dengan nilai tertinggi dari semua
teman-temanku. Sungguh hari ini membuatku sanagt tegang. Tapi alhamdulillah
hasilnya tidak mengecewakan.
Setelah
selesai mngucap salam perpisahan kepada guru-guru dan teman-teman. Aku berlari
kearah papa, kucium tangan papa. Hari itu papa tetap hadir menyaksikan
pengumumanku. Papa terbaik sedunia menurutku. Sejak kelas 1 hingga aku kelas 3
papa selalu menyempatkan diri untuk datang mengambil Laporan pendidikanku.
Itulah sebabnya aku selalu belajar dengan giat karena aku tidak ingin melihat
papa kesayanganku kecewa saat datang mengambil laporan pendidikanku. Dan hingga
hari ini, aku lulus dengan nilai terbaik dia tetap hadir. Terimah kasih Papa.
*****
Aku
dan papa pulang. Motor yang papa kendarai melaju dengan cepat. Selama
diperjalanan aku tak henti-hentinya mengucap syukur. Aku sangat bahagia hari
ini. Tak sabar ingin segera sampai ke rumah, memberitahu kabar gembira ini
kepada mama.
Baru
saja motor papa tiba didepan pintu pagar aku sudah berteriak “mama aku lulus
dengan nilai terbaik” suaraku nyaring dengan wajah berseri-seri. Mama dan papa
sangat bahagia aku bisa mencapai prestasi yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar