Cahaya mentari perlahan-lahan menembus fentilasi kamar kos ku. Seperti biasa dengan suasana yang selalu hening. Buku-buku yang aku baca semalam masih bertumpuk disamping bantal, laptop mungilku belum tertutup, dan sajadah yang ku pakai sholat subuh masih membentang disamping kasur.
Sementara aku masih setia dengan bantal dora emon biru dan boneka hijau kesayanganku. Kerudungku belum sempat aku buka. Selesai shoat subuh tadi aku langsung bebaring lemah diatas tempat tidur karena nyeri hebat dikepalaku.
“Ayu ayo bangkit” bisik hatiku, tapi sungguh sakit yang teramat sangat dikepalaku membuatku tak berdaya. Tak kuat untuk bangun dan beraktifitas hari ini.
Ku lihat selembar kertas yang kuhafal semalam. Pikiranku langsung menuju kampus. Hari ini ada dialog bahasa inggris dikampus. Dengan keadaan seperti ini rasanya tidak mungkin aku hadir. Ku ketik sms kepada seorang teman “aku ndag masuk ya hari ini, aku sakit”. Pesan terkirim. Semoga dosennya bisa mengerti.
Rasa sakit dikepalaku semakin menusuk-nusuk. Ingin rasanya merontah tapi tubuh ini tergulai lemah. Tanganku dengan cepat meraih obat-obat yang berada dirak buku. Begitulah hidupku, selalu bergantung pada obat-obatan itu. Kadang merasa bosan mengkonsumsinya tiap hari tapi itu sudah menjadi keharusan. Segera ku telan beberapa butir obat itu dengan segelas air. Saking seringnya aku mengkonsumsinya, obat-obat itu sudah seperti permen bagiku.
Nyeri hebat kurasakan hingga membuatku tak bisa bersuara. Hanya bibirku yang komat kamit berdzikir sambil sesekali menyebut kata mama.
Air mataku tumpah menahan rasa sakit ini. “Ku ingin kalian ada disini, disampingku saat diri ini lemah tak berdaya. Mama, papa, ayu butuh kekuatan dari kalian. Temani aku !” keluhku dengan suara terbata-bata.
“Assalamu’alaikum ya akhi ya ukhty” nasyid opick terlantun dari hanponeku. Ku lihat dilayar tertulis nama kontak “papaku sayang” memanggil. Ku pencet tombol hijau dan langsung mengucap salam“assalamu’alaikum ma”. Mama menjawab salamku “walaikum’salam, lagi ngapain nak..? udah sarapan..? obatnya masih ada..? ayu sehat-sehat aja kan..? sederet pertanyaan itu memaksaku berbohong. Dengan suara yang riang ku jawab pertanyaan itu “lagi baring-baring ma. Ayu sehat-sehat ko’, barusan selesai sarapan. Obatku masih banyak nanti kalau udah habis baru aku kasi tau mama”.
Suara mama dan papa disebrang sana memaksaku untuk ceria. Aku tidak mau mereka khawatir. Padahal ingin sekali aku katakan mama ayu sakit, ayu ingin berbaring dipangkuan mama. Tapi kata-kata itu tak sanggup aku lafaskan.
"Mama ayu rindu" jeritku tertahan. “ma udah dulu yah, ayu mau istirahat”, ku tutup telepon dengan ucapan salam karena tak sanggup lagi aku menahan suara tangis yang ingin segera meledak.
Ya Allah kuatkan aku, Jaga aku, peluk aku. Kau sumber kekuatanku melawan sakit yang menggerogoti tubuhku ini. Sakit ini anugrah, sakit ini ujian, sakit ini bukti kasih sayang-Mu.
"Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Aku tau ini tidak seberapa. Masih banyak orang yang punya penyakit lebih parah dari yang kualami. Aku tidak boleh putus asa.
Mama, ayuuu bisa sembuhkan..???? Maafkan aku yg selalu membuat mama khawatir.
Papa, maafkan ayu. Ayu membuat papa harus susah payah membiayai pengobatan & kuliahku.
Adik-adikku, maafkan aku karena belum bisa jadi kakak yang baik. Uang jajan kalian biasanya berkurang karena biaya obat ini dan itu yang aku butuhkan. Betapa kasih sayang kalian sangat besar untukku sampai mengorbankan segalanya. Tapi sayangnya saat ini aku hanya bisa berusaha menjadi anak yang baik karena belum mampu membalas semua itu dengan apa-apa.
Jangan khawatir yah ma, InsyaAllah ayu baik-baik saja. Allah selalu ada menjagaku. Tenanglah karena Dia sebaik-baik penjaga.
Ku ambil sisir dan duduk didepan cermin. Kusisir rambutku perlahan. Helai demi helai gugur memenuhi lantai. Rambutku semakin hari semakin sedikit karena rontok, mungkin pengaruh dari kepalaku yang selalu sakit. Ku pandangi cermin, wajahku pucat pasih, badanku semakin kurus.
Akankah terus seperti ini..? Apakah aku masih punya waktu esok hari, lusa dan seterusnya..? Bagaimana jika kambuh seperti ini aku tak sanggup lagi membuka mata..? Bagaimana jika nyeri itu membuatku tak sadar dan meninggal tanpa mengucap “Lailaha Illallah”..? Bagaimana jika aku pergi tanpa bisa melihat senyum mama dan papa dihembusan nafas terakhirku..? pertanyaan-pertanyaan itu seperti datang menyerbuku. “Ya Allah beri waktu terbaik diakhir hayatku, hanya pada-Mu aku berserah”
Ku langkahkan kaki menuju keran air. Ku basuh satu persatu anggota tubuhku dengan air wudhu dan sholat sunnah dua rakaat. Ku adukan semuanya kepada Allah, memohon ketenangan dan kekuatan. Setelah itu aku mengaji, ku nikmati lantunan demi lantunan yang terucap dari bibirku. Mushafku terLihat buram karena mataku berkaca-kaca SUBHANALLAH, ayat-ayat Cinta-Mu selalu menentramkan jiwaku. Tak bisa aku bayangkan jika tak ada Engkau Ya Allah, mungkin aku tak tau harus mengadu kepada siapa. Kesedihanku berganti kerinduan akan pertemuanku dengan-Mu. Ya Rabb jangan tinggalkan aku.
Ku coba kuatkan diriku. “Ayu itu wanita yang kuat. Keep smile ayu :) Ayu pasti bisa bertahanm melalui masa-masa sulit
ini. Walaupun orang yang ayu butuhkan jauh tapi masih ada Allah yang lebih dekat”
Mama, papa, InsyaAllah Ayu pasti akan sembuh. Ayu masih punya banyak mimpi, salah satunya selalu membuat kalian tersenyum :'( :'(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar