Senin, 22 Oktober 2012

AKU MENYAYANGIMU MAMA

Saat memulai tulisan ini aku tak tau harus memulainya dari mana dan apa kata pertama yang harus ku goreskan. Kau tahu kenapa ? Karena sungguh tak mampu ku tulis satu persatu kasih sayangmu, bahkan tulisan ini ku rasa takkan mampu menggambarkan sosokmu. Aah semua pengorbananmu terlalu banyak dan tak cukup jika ku tulis dalam kertas ini.



Ku buka kembali galeri ingatan yang berisi semua tentangmu, namun itu seolah membiusku. Aku diam terpaku mengingat setiap sisi dari dirimu. Detak nadiku tak beraturan, aku seperti bodoh tuk merangkai kata yang indah untukmu. Tapi ku coba mengungkapkan sedikit tentangmu agar rinduku terobati.


Aku menyayangimu, wanita yang mempertaruhkan jiwa raga tuk melahirkanku. Meski kau harus merasakan sakit diatas rasa sakit .

Aku menyayangimu, wanita  yang mengajarkan aku menyebut satu persatu kata sejak aku mulai pandai berbicara. Mengajariku menyebut kata mama meski saat itu aku masih terbata-bata. Yang mengajariku beribadah sejak aku masih begitu kecil dengan penuh kesabaran karena pasti saat itu aku sangat bandel. Yang mengajariku semua hal-hal kecil namun begitu bemakna. Yang mebesarkanku dari seorang gadis mungil yang tak tau apa-apa hingga menjadi gadis dewasa. Tak pernah lelah engkau mengurusku, mempersembahkan yang terbaik untukku.

Waktu aku kelas 3 SD, aku ingat saat itu engkau sakit keras. Engkau pernah berkata padaku, bagaimana jika mama tidak ada lagi, bisakah kau merawat adik-adikmu..? Menyiapkan kebutuhan papa..? Mengurus semuanya sendiri..?
Tahukah kau saat itu, aku menahan ledakan tangis dan memaksa mataku terus berbinar.
Saat kau tidur aku memandangi wajah teduhmu, dan saat itulah aku baru bisa membiarkan air mataku jatuh. Sungguh hidupku akan hampa jika engkau tak ada di tiap hari yang ku lalui. Aku tak kuat jika harus kehilangan sosok sepertimu.

Saat aku kuliah, tiba-tiba engkau menelpon  kepadaku dan mengatakan betapa bersyukurnya engkau memiliki anak sepertiku. Tak tau harus bernazar apa jika aku berhasil meraih sarjanaku tanpa sesuatu yang buruk menimpaku. Tahukah engkau, ketika mendengarkannya  tak dapat kubendung air mataku? Lama ku menangis. Bahwa terlalu banyak amanahmu yang aku langgar. Dari jarak yang begitu jauhpun untaian nasihatmu tak pernah putus untukku. Ingin ku merengkuhmu seerat-eratnya. Sungguh ku harap hadirmu disini tuk menguatkanku. Lembut suaramu di seberang sana membuat rasa rindu semakin membuncah dihati ini, aku ingin lebih berbakti kepadamu.

Mama, aku merindukanmu. Aku rindu berbaring di pangkuanmu, bercerita sambil menatap wajahmu. Aku rindu memperhatikan anggun parasmu. Aku rindu akan nasehat-nasehatmu saat aku berkumpul dengan adik-adik. Aku rindu melihatmu memasak semua makanan kesukaanku saat menyambut kepulanganku. Aku rindu melihat canda dan tawamu. Aku rindu mendengar omelanmu saat aku berbuat salah. Aku rindu setiap sisi dari dirimu mama…

Mama betapa beruntungnya aku menjadi anak yang terlahir dari rahimmu. Saat aku jatuh dan terhempas jauh tanpa arah, nasihat-nasihat supermu selalu terngiang dan memberiku sejuta alasan untuk bangkit. Kau adalah sosok bidadari berhati bening yang selalu menjagaku melalui doa panjangmu. Dan kau tahu apa mimpiku..? Aku ingin membahagiakanmu sampai akhir hayat. Aku ingin menjagamu dengan tulus sebagaimana engkau telah menjagaku dengan sangat baik sampai aku menjadi sehebat ini.

Mama, aku bangga memiliki mama seperti dirimu. Maafkan atas semua kata, sikap dan perilaku ku yang pernah menggores hatimu. Maaf jika air suci dari sungai kecil dimatamu sering tumpah karena diriku. Terimah kasih untuk semua pengorbananmu yang takkan pernah mampu ku balas.

                                                                 Makassar, 27 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme