Semua berawal dari mimpi yang ku alami. Aku masih
ingat jelas, Agustus 2011 tepat bulan Ramadhan. Mimpi terdasyat yang pernah ku
alami seumur hidupku. Biasanya aku bermimpi melihat orang lain meninggal dunia,
tapi kali ini berbeda. Aku bermimpi diriku sendiri yang meninggal dunia.
Didalam mimpiku, ku lihat banyak orang yang ku kenal berdatangan
kerumahku. Mereka sibuk mengurus kematianku. Ku lihat jasadku dimandikan,
dikafani, kemudian disholatkan. Ku saksikan semua itu dengan rasa antara
percaya dan tidak. Aku bertanya kepada diriku sendiri. Apakah aku sudah
meninggal ? Ku lihat keluargaku menangis disamping jasadku. Aku menjadi semakin
bertanya-tanya. Nyatakah ini ?
Setelah semua selesai jasadku dimasukkan kedalam
keranda. Para bapak-bapak mengangkat keranda itu menuju tempat pemakaman.
Sesampainya disana kulihat 2 orang tela bersiap didalam liang lahat untuk
memasukkan jasadku. Saat jasadku dikeluarkan dari keranda dan hendak dimasukkan
kedalam lubang aku berteriak “jangan, aku belum meninggal, aku masih hidup.
Jangan, jangan kubur aku. Aku belum siap, masih banyak yang harus ku perbaiki,
amalku masih terlalu sedikit, dosaku masih banyak dan aku belum sempat
bertobat. Aku tidak mau ditinggalkan didalam lubang sempit dan gelap sendiri.
Apa yang harus ku jawab jika Mungkar dan Nakir datang menanyakan amalanku? Aku
takut menerima siksa kubur. Aku masih butuh waktu untuk memperbaiki
kesalahanku, aku masih butuh waktu untuk menambah amalanku. Aku masih butuh
waktu untuk mencari Ridho Allah, Aku ingin kembali saat aku sudah benar-benar
siap. Saat bekalku sudah cukup” . Tapi tak ada seorangpun yang menghiraukanku.
Aku pun menjawab “Tidak, aku masih ingin tinggal
bersama mama, aku masih ingin membahagiakan orang tuaku”.
Lalu aku bertanya kepada nenek “Apakah siksa kubur
itu ada? Bagaimana rasanya?”. Nenek menjawab “Ya, itu ada dan rasanya sangat
sakit jika amalmu sedikit”.
Aku menunduk dan menangis, menangisi diriku
sendiri. Ku saksikan proses pemakaman itu. Mayatku diazankan kemudian
perlahan tanah mulai di tambun. Aku berteriak, “TIDAK, Aku tidak siap”.
Akupun terbangun dari mimpiku. Bibirku langsung
beristigfar. Air mataku masih mengalir, tubuhku gemetar. Segera aku kedapur dan
dengan cepat kuraih air wuduh. Ku basuh satu persatu anggota tubuhku, ku lihat
aliran wudhu yang jatuh dari kulitku, kubayangkan semua dosa-dosaku. Air mataku
terus mengalir. Lalu ku teguk segelas air dan kembali kekamar. Aku terus
berzikir dan beristigfar.
Sejak kejadian itu aku selalu dihantui kematian. Setiap hari aku selalu mengingat mati. Rasanya kematian begitu dekat dengaku. Aku menjadi lebih sering beristigfar dan menyebut asma Allah. Aku mulai mencintai majelis ilmu, mengikuti tarbiyah, sampai seminar islam. Allah kemudian mempertemukan aku dengan teman-teman sholeh. Allah mempermudah jalanku mempelajari ilmu islam. Melalui mimpi itu aku merasakan nikmatnya islam dalam naungan hidayah yang menuntunku. Ku temukan diriku yang sibuk menata hari untuk bekal ketika aku menemui kematian.
BERSIAPLAH MENGAHADAPI MAUT
Tahukah kalian apa yang paling dekat dengan
manusia? Jawabannya adalah kematian. Setiap manusia pasti mengalami kematian.
Pintu yang harus dilalui dipenghujung kehidupan saat kita akan kembali kepada
Allah yang menghidupkan dan mematikan.
Hidup ini bukanlah bola yang tidak punya ujung dan pangkal. Tapi hidup ini adalah sebuah garis lurus yang punya awal dan akhir.
Seperti firman Allah:
“Kami
tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad),
maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (QS. 21:34)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”. (QS. 21.35)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”. (QS. 21.35)
Saat maut menghampiri tidak akan ada yang kuasa menolaknya, menahannya, atau menangguhkannya. Sekalipun kita punya ilmu untuk menghilang atau bersembunyi di sebuah tempat yang terpencil jika sudah saatnya kita kembali kepada Sang pemilik jiwa maka kematian akan tetap datang menemui.
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”. (QS.4:78)
Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk senantiasa mengingat mati. “Kematian” adalah kata yang mampu membuat kita selalu mendekat kepada Allah SWT. Kematian bisa datang kapan saja tanpa memberi tahu kita terlebih dahulu. Lihatlah banyak orang yang sehat wal afiat tapi tiba-tiba kena serangan jantung lalu meninggal. Maka hendaklah kita selalu mempersiapkan diri dan mempersiapkan bekal menghadapi kematian itu. Karena kita tidak pernah tau kapan batas usia kita. Bisa saja sekarang, esok atau pun lusa.
Dari ibnu umar, dia berkata: “Aku bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian mengucap salam kepada beliau, lalu dia berkata: “Wahai Rasullullah, manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?”. Beliau menjawab: “Yang paling baik akhlaknya di antara mereka”. Dia berkata lagi: “manakah diantara kaum mukminin yang paling cerdik?”. Beliau menjawab: “Yang banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itulah orang-orang yang cerdik. (HR. Ibnu Majah, no: 4259. Hadits Hasan; Lihat Ash-Shohihah, no: 1384).
Hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Akan ada titik akhir dimana waktu kan berhenti. Tubuh terkulai lemah dengan lisan yang terkunci, bungkam tak bersuara. Saat itu kejayaan kita didunia ini tidak akan berarti apa-apa lagi. Kita akan di tinggalkan didalam lubang sempit dan gelap sendirian.
Dari mimpi itu aku sadar bahwa harta, jabatan, keluarga, dan semua yang kita miliki hanya titipan Allah yang bersifat sementara. Saat ruh meninggalkan badan, kita akan memulai suatu perjalanan panjang tanpa bekal. Tak ada satu pun yang akan kita bawa kecuali amal yang akan menjadi teman di dalam kubur.
Seperti sabda Rasulullah “Mayit akan diikuti oleh tiga perkara (menuju kuburnya), dua akan kembali, satu akan tetap. Mayit akan diikuti leh keluarganya, hartanya, dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali, sedangkan amalnya akan tetap. (HR. Bukhori; Muslim; Tirmidzi; Nasai).”
Jika teringat akan kematian rasanya aku sangat rugi melalui hari tanpa mengisinya dengan beramal. Dunia ini adalah negeri tempat kita menimbah amal sebanyak-banyaknya bukan untuk hidup saja tanpa arah dan tujuan karena kelak saat kita pulang ke negeri akhirat apa yang telah kita rintis di dunia ini akan di minta pertanggung jawabannya. Di akhiratlah kita akan menuai hasil dari apa yang kita kerjakan semasa hidup. Apabila baik maka kita akan melihatnya baik dan apabila buruk kita akan melihatnya buruk. Berbahagialah jika kita kembali kepada Allah di awali dengan tobat dan mendapat ridha-Nya.
Jika hari ini adalah hari terakhir kita menghirup dan menghembuskan nafas..?
Apa yang akan
kita lakukan..?
Sudah siapkah kita menghadapi kematian..?
Sudah siapkah kita menjemput maut..?
Sudah siapkah kita menghadapi kehidupan yang ada dibalik kematian..?
Sudah siapkah kita menghadapi kematian..?
Sudah siapkah kita menjemput maut..?
Sudah siapkah kita menghadapi kehidupan yang ada dibalik kematian..?
“Dan hendaklah setiap jiwa memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)
Betapa meruginya kita saat pulang tanpa membawa bekal. Beramallah sebelum kematian datang. Kerjakan amal kebajikan dan isi hidup dengan ketaatan. Semoga kita menemui kematian dengan khusnul khotimah. Mati dalam keadaan mengingat Allah. Insya Allah! Amin Ya Rabb!
My House, 15-08-2011
Article yg sangat bagus. Saya membaca karna saya jg mengalami dengan mimpi yg hampir sama. Semoga kelak kita meninggal dengan keadaan khusnulkhotimah. Aminn ya ALLAh...
BalasHapusamin....insyaallah
Hapus