Saya tidak akan membahas banyaknya kenangan
kita, saya juga tidak akan membahas bagaimana semuanya menjadi seperti tak
pernah ada untukmu, pun tidak tentang luka, luka dan luka yang kamu tinggalkan.
Tetapi ini tentang usaha kita untuk saling mempertahankan, tentang bagaimana
kamu sangat menyayangiku, tentang rasa dihatimu untukku. Bisa kah saya memohon
satu hal, tolong jangan bercerita tentang tinnginya tembok yang semakin
menjulang antara kita dari hari ke hari karena itu tidak akan bisa dijadikan
alasan untuk membuat rasa ini hilang.
Saya rasa kamu sudah sangat tahu betapa
lemahnya saya. Betapa sering saya terisak dihadapanmu saat saya merasa tak
mampu menahan banyak terpaan. Dan tahukah kamu, kenapa sekarang saya yang kau
kenal lemah tiba-tiba saja berubah menjadi kuat. Bagaimana tidak, keadaan yang
tak lagi sama membuat saya harus memaksa diri saya untuk harus begini saat
keadaan seperti ini dan harus begitu saat keadaan seperti itu. Iya, saya memang
harus berlatih karena hidup menuntut saya untuk bisa melewati banyak situasi
sulit.
Saat saya merasa tak mampu maka saat itu
juga saya berusaha mengerahkan segala kekuatan hati saya untuk berpura-pura membendung
segala rasa sakit ini. Iya, begitu keras saya berusaha tetap berpura-pura
hingga saya lupa bagaimana rasanya ketika hati baik-baik saja, karena rasa
perih ini tlah terbiasa saya sulap menjadi kebahagian yang tak akan sedikitpun
di sentuh oleh luka. Dan itu seperti menginjakkan kaki diatas paku. Sangat
sakit.
Keadaan ini memang tidak pernah memberikan saya pilihan lain selain menangis di atas sajadah sepertiga malamku. Hanya kepada malam saya merasa tak harus berpura-pura, kini hanya kepada sunyi saya bisa terisak, dan hanya kepada gelap saya bisa meneriakkan rasa ini yang bahkan teriakan saya tak bisa lagi mengeluarkan suara. Saya rapuh lagi dihadapan Allah, saya bergetar lagi saat membahasmu dalam ritual doaku hingga saya merasa malu pada-Nya. Harus berapa lama lagi saya terus berpura-pura didepan kenyataan. Saya ingin berhenti :’(
Ah mungkin kamu memang sudah lelah menyimpan rasa, mungkin juga hatimu bukan lagi hati yang hanya menyimpan namaku, seperti saya yang juga mulai lelah berpura-pura menganggap semua baik-baik saja juga sangat lelah menjadikan semua terasa sama yang nyatanya memang tak lagi sama. Tapi sungguh saya lebih membenci kita yang masih saja diam tanpa sedikitpun penjelasan, membuat keadaan ini semakin terasa dingin untuk dilalui. Saya merasa hampir beku. Jika kamu memang tak bisa lagi bertahan mengapa tak jua meminta saya pergi?? Saya tidak semudah kamu yang bisa pergi begitu saja, saya terikat janji kita, janji konyol yang bahkan tak penting lagi buatmu. Jadi tolong, bisakah kamu meminta saya mengingkari janji itu agar saya bisa pergi tanpa menjadi penghianat.
AAAAHHHH….ini sakit. Ini masih tenangmu lagi. Pembahasan saya tak kunjung habis tentangmu. Kenapa waktu belum juga menyediakan detiknya untuk menghapus tentangmu. :’(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar