Dulu
kita pernah ada di titik paling dekat, kita pernah bersama melewati banyak
hal. Namun saat ini waktu dan takdir sedang memainkan perannya, menghempaskan
kita berada di titik terjauh yang disebut perpisahan.
Semua
telah berakhir. Langit abu-abu yang ku kira hanya mendung berujung hujan lebat
yang tak bisa aku hentikan.Kamu yang awalnya cuekmenjadi semakin cuek lalu
menghilang tanpa alasan yang jelas.
Aku
pernah bertahan dengan ketidakjelasan yang berlarut-larut, aku pernah sangat pengertian
tanpa kabar, aku pernah sabar dengan segala bentuk perlakuan menyakitkan, namun
perjuanganku berhenti karena aku memang harus menyerah. Bukan karena aku tidak
sanggup lagi memperjuangkanmu tapi karena aku terlalu tahu diri dengan keadaan
yang ada.
Aku
masih merasakan sakit yang sama. Luka ini masih belum juga memperlihatkan
tanda² kesembuhan. Setiap hari aku menghindari semua tentangmu sekuat yang aku
bisa. Tapi kau tahu setiap aku mencoba, upaya menghapusmu selalalu berujung
rindu yang menjadi air mata.
Semua
memang tak lagi sama. Sekarang ada tembok pemisah diantara kita yang semakin
hari semakin menjulang, membuatku memilih mengendapkan perasaan ini. Aku selalu
memilih diam dan menutup mata atas apapun yang terjadi agar aku tidak semakin
terluka. Aku belajar untuk menghindari pebahasan tentangmu, aku bahkan belajar
sekuat yang aku bisa untuk tidak menyebut namamu lagi. Dan lagi usaha ini tidak
membuahkan banyak hasil, aku masih saja terluka. Luka yang terus ku simpan
diam-diam.
Keadaan
yang semakin dingin mengantarkanku pada tahap ini. Dimana kita tak lagi sama.
Aku bukan lagi satu²nya bagimu. Dan inilah yang aku takutkan, aku takut
mengakui bahwa kamu sudah berubah. Ku kira aku adalah segalamu, ku pikir aku
adalah yang terakhir bagimu, ku sangka aku sudah menjadi tujuanmubukan hanya
persinggahan. Aku salah.Aku percaya begitu saja segala jenis janji yang
terlontar dari mulutmu sehingga membuatku berharap terlalu tinggi danaku jatuh
sedalam ini. Aku tidak cukup cerdas membedakan kamu yang asli dengan kamu yang
tertutup topeng sehingga aku tertipu oleh segala bentuk kepalsuan yang kau
sulap menjadi manis.
Aku
masih ingin mempertahankamu. Hanya saja aku (terpaksa) berhenti karena
keberadaanku tidak dianggap sama sekali. Jika kau ingin tahu, aku teramat sakit
dengan hubungan yang tidak punya kejelasan lagi. Aku berjuang sendirian untuk
lebih memahami kamu, aku berjuang sendirian memperbaiki keadaan, aku berjuang
sendirian melewati lorong-lorong gelap, aku sudah berusaha semampuku menuruti
semua inginmu, namun kamu selalu tega membiarkanku kesakitan sendirian. Sikapmu
tetap saja dingin. Aku tak berhak berkomentar ini itu apalagi untuk marah. Saat
aku baru mulai menjelaskan perlahan kamu sudah membentakku dengan berbagai kata
-kata menyakitkan. Bagaimana mungkin aku bisa mengembalikan kamu jika
kamubersikap seperi hakim agung yang selalu menganngap dirimu benar dalam
segala hal. Dan aku layaknya seorang terdakwa yang tidak berhak mengemukakan
pembelaan dalam bentuk apapaun. Mungkin kamu pikir aku selalu berlebihan. Tentu
saja ini berlebihan dalam persepsimukarena kamu tidak tahu sakitnya menjadi
aku.
Setiap
hari aku selalu berusaha menganngap semua baik-baik saja, bahwa tidak ada yang
begitubmenyakitkan. Aku akan mendapat bahagia seiring berjalannya waktu. Aku
percaya perlahan rasa untukmu akan lenyap,aku masih tetap optimis bahwa waktu
akan menjadi obat yang mampu menghapusmu, aku pun masih terus berharap luka
yang semakin menganga ini segera kering, agar tidak ada lagi penyebab sesak
didadaku, agar tak ada lagi penyebab tangisku.
Semoga
kamu segera sembuh dari sikap menyedihkan yang sekarang sering kau tampakkan.
Ketahuilah bahwa aku disini berjuang dengan segala cara agar bisa melupakanmu.,
karena tak lagi ku temukan alasan untuk terus mengingatmu. Aku berusaha
membencimu, juga berusaha menganggapmu tak pernah singgah dihidupku, bahkan aku
berusaha menganggap kekasihku yang bernama (kamu) sudah meninggal, pun berusaha
menganggap dirimu yang sekarang hanya orang asing yang kebetulan punya wajah,
suara, dan nama yang sama dengan kekasihku yang sudah meninggal bagiku.
Namun
usaha itu membuatku terus terluka setiap hari. Usaha itu membuat mataku selalu
perih menahan tangis. Usaha itu menimbulkan sesak bercampur sakit didadaku. Usaha itu selalu gagal dan gagal lagi. Usaha itu membuatku sangat lelah.
Mungkin sekarang aku memang harus mengabaikan perasaanku
sendiri karena kamu yang aku harapkan sudah lupa jalan untuk kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar