Minggu, 09 Maret 2014

"Apakah Kamu Masih Dalam Perjalanan atau Sudah Lupa Jalan Untuk Kembali..?''

Dulu kita pernah ada di titik paling dekat, kita pernah bersama melewati banyak hal. Namun saat ini waktu dan takdir sedang memainkan perannya, menghempaskan kita berada di titik terjauh yang disebut perpisahan.

Semua telah berakhir. Langit abu-abu yang ku kira hanya mendung berujung hujan lebat yang tak bisa aku hentikan.Kamu yang awalnya cuekmenjadi semakin cuek lalu menghilang tanpa alasan yang jelas.

Aku pernah bertahan dengan ketidakjelasan yang berlarut-larut, aku pernah sangat pengertian tanpa kabar, aku pernah sabar dengan segala bentuk perlakuan menyakitkan, namun perjuanganku berhenti karena aku memang harus menyerah. Bukan karena aku tidak sanggup lagi memperjuangkanmu tapi karena aku terlalu tahu diri dengan keadaan yang ada.

Aku masih merasakan sakit yang sama. Luka ini masih belum juga memperlihatkan tanda² kesembuhan. Setiap hari aku menghindari semua tentangmu sekuat yang aku bisa. Tapi kau tahu setiap aku mencoba, upaya menghapusmu selalalu berujung rindu yang menjadi air mata.

Semua memang tak lagi sama. Sekarang ada tembok pemisah diantara kita yang semakin hari semakin menjulang, membuatku memilih mengendapkan perasaan ini. Aku selalu memilih diam dan menutup mata atas apapun yang terjadi agar aku tidak semakin terluka. Aku belajar untuk menghindari pebahasan tentangmu, aku bahkan belajar sekuat yang aku bisa untuk tidak menyebut namamu lagi. Dan lagi usaha ini tidak membuahkan banyak hasil, aku masih saja terluka. Luka yang terus ku simpan diam-diam.

Keadaan yang semakin dingin mengantarkanku pada tahap ini. Dimana kita tak lagi sama. Aku bukan lagi satu²nya bagimu. Dan inilah yang aku takutkan, aku takut mengakui bahwa kamu sudah berubah. Ku kira aku adalah segalamu, ku pikir aku adalah yang terakhir bagimu, ku sangka aku sudah menjadi tujuanmubukan hanya persinggahan. Aku salah.Aku percaya begitu saja segala jenis janji yang terlontar dari mulutmu sehingga membuatku berharap terlalu tinggi danaku jatuh sedalam ini. Aku tidak cukup cerdas membedakan kamu yang asli dengan kamu yang tertutup topeng sehingga aku tertipu oleh segala bentuk kepalsuan yang kau sulap menjadi manis.

Aku masih ingin mempertahankamu. Hanya saja aku (terpaksa) berhenti karena keberadaanku tidak dianggap sama sekali. Jika kau ingin tahu, aku teramat sakit dengan hubungan yang tidak punya kejelasan lagi. Aku berjuang sendirian untuk lebih memahami kamu, aku berjuang sendirian memperbaiki keadaan, aku berjuang sendirian melewati lorong-lorong gelap, aku sudah berusaha semampuku menuruti semua inginmu, namun kamu selalu tega membiarkanku kesakitan sendirian. Sikapmu tetap saja dingin. Aku tak berhak berkomentar ini itu apalagi untuk marah. Saat aku baru mulai menjelaskan perlahan kamu sudah membentakku dengan berbagai kata -kata menyakitkan. Bagaimana mungkin aku bisa mengembalikan kamu jika kamubersikap seperi hakim agung yang selalu menganngap dirimu benar dalam segala hal. Dan aku layaknya seorang terdakwa yang tidak berhak mengemukakan pembelaan dalam bentuk apapaun. Mungkin kamu pikir aku selalu berlebihan. Tentu saja ini berlebihan dalam persepsimukarena kamu tidak tahu sakitnya menjadi aku.

Setiap hari aku selalu berusaha menganngap semua baik-baik saja, bahwa tidak ada yang begitubmenyakitkan. Aku akan mendapat bahagia seiring berjalannya waktu. Aku percaya perlahan rasa untukmu akan lenyap,aku masih tetap optimis bahwa waktu akan menjadi obat yang mampu menghapusmu, aku pun masih terus berharap luka yang semakin menganga ini segera kering, agar tidak ada lagi penyebab sesak didadaku, agar tak ada lagi penyebab tangisku.

Semoga kamu segera sembuh dari sikap menyedihkan yang sekarang sering kau tampakkan. Ketahuilah bahwa aku disini berjuang dengan segala cara agar bisa melupakanmu., karena tak lagi ku temukan alasan untuk terus mengingatmu. Aku berusaha membencimu, juga berusaha menganggapmu tak pernah singgah dihidupku, bahkan aku berusaha menganggap kekasihku yang bernama (kamu) sudah meninggal, pun berusaha menganggap dirimu yang sekarang hanya orang asing yang kebetulan punya wajah, suara, dan nama yang sama dengan kekasihku yang sudah meninggal bagiku.


Namun usaha itu membuatku terus terluka setiap hari. Usaha itu membuat mataku selalu perih menahan tangis. Usaha itu menimbulkan sesak bercampur sakit didadaku. Usaha itu selalu gagal dan gagal lagi. Usaha itu membuatku sangat lelah. Mungkin sekarang aku memang harus mengabaikan perasaanku sendiri karena kamu yang aku harapkan sudah lupa jalan untuk kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme