Aku sangat suka dengan
novel “perahu kertas” karya “Dee”. Hingga pada suatu hari aku membuat
surat-surat dengan kata-kata aneh dan mulai ku bentuk menjadi perahu. Perahu
kertas warna warni.
Jika Kugi mengirim
perahu kertasnya kepada “Neptunus” dewa laut itu, aku pun ingin mengirimnya
kepada seseorang. Sesorang yang jauh disana. Berlayar denga kapal besar. Laju.
Membuatnya begitu jauh. Sangat jauh.
Aku sadar perahu
kertasku takkan mampu mengejarnya. mungkin baru berlayar beberapa menit saja
perahu kertasku akan segera hancur dilumat air.
Terkadang aku
berimajinsi, perahu kertasku merapat dipinggiran kapal yang dia naiki dan secara
kebetulan dia menemukan perahu kertasku lantas membaca surat didalamnya. Namun
imajinasi ku selalu gagal total saat aku tersadar itu adalah sebuah hayalan
paling konyol yang tidak masuk akal. Dan aku tau itu tidak mungkin.
Aku selalu ingat saat
kita bercanda dan kamu berkata “aku pintar dan ayu
bodoh”itu katamu.Candaan itulah yang membuatku selalu tertawa jika
mengingatnya karena aku menyadari aku memang bodoh. Hahaahaha :D
Sebenarnya candaanmu itu
ada benarnya juga. Ya. Aku akui kamu memang pintar. Kamu pintar dimataku,
dihatiku. Tapi sayangnya kamu tidak begitu peka untuk sekedar membaca
perasaanku, membaca sikapku, membaca mataku. Maaf jika aku berkata seperti itu.
Tapi itulah kamu. Kamu yang sudah dua tahun aku kenal. Kamu yang sudah dua
tahun menghuni hatiku.
Setiap hari aku selalu
menyempatkan untuk menulis tentangmu meskipun hanya beberapa kalimat saja
kemudian ku lipat menjadi perahu kertas. Aku sadar aku hanya membuang-buang
waktu, membuat jemariku lelah menari-nari diatas kertas, atau jika aku menjadi
orang yang perhitungan ini hanya pemborosan tinta dan kertas. Ini lah
kebodohanku. Dan kau sendiri sudah sangat tahu bahwa aku memang bodoh. Tapi aku
bahagia dengan kebodohan mencintaimu, menulis tentangmu.
Ada lagi hal bodoh yang
ku lakukan. Aku menggantung perahu kertas itu tanpa berani menghanyutkannya kelaut.
Karena aku sudah tau ia takkan bisa mengejar kapal besarmu. Kau tahu tidak
mengapa aku memilih menggantungkannya....??? Karena setidaknya dia akan
bergerak jika tertiup angin.
Kamu adalah angin
bagiku. Hanya bisa ku rasa tapi tak bisa ku genggam. Maka biarlah perahu kertas
itu menjadi hiasan yang menggantung dikamarku dan menjadi arsip segala cerita
tentangmu.
Meskipun perahu kertasku
hanya terombang ambing oleh anginyang meniupnya, tidak melaju kesamudra yang
kau lintasi dan tetap berada dalam kamarku, itu tak mengapa. Aku tidak menuntut
apa-apa. Meskipun sejujurnya aku berharap kau bisa membaca semuanya. Tapii berhubug
kau terlalu jauh, karena itu mustahil dan karena,,,,,,ahhh lupakanlah. Alasan
apapun itu kau takkan bisa membacanya.
Biar waktu yang akan mempertemukan
mu dengan perahu kertasku dan biar waktu yang membuatmu bisa membacanya
walaupun tak memahaminya. Aku hanya berharap kamu tahu bahwa “kamu” semua
tentang kamu adalah muatan perahu kertas ku.
Aku tidak pernah
berhenti berharap kau kembali. Entah harapan itu akan jadi nyata atau tidak.
Dan entah harus berapa tahun lagi aku harus menanti. 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun,
atau selamanya...?????? Aku tidak tahu. Yang aku tahu aku disini masih bermimpi
untuk bisa bersamamu. Dan andai saat itu tiba aku akan menuliskan perahu kertas
terakhirku “Menyayangi dengan tulus itu adalah saat dia berada sangat jauh
denganmu namun kamu masih sanggup menantinya dengan jutaan kesabaran, dengan
jutaan cara, bahkan dengan melakukan hal teraneh didunia sekalipun hanya untuk
bertahan dan tetap menanti dia kembali”.
Kali ini aku akan benar-benar menghanyutkannya kelaut biru.
Kali ini aku akan benar-benar menghanyutkannya kelaut biru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar