Sabtu, 24 Mei 2014

PERAHU KERTAS – CATATAN HATIKU

Aku sangat suka dengan novel “perahu kertas” karya “Dee”. Hingga pada suatu hari aku membuat surat-surat dengan kata-kata aneh dan mulai ku bentuk menjadi perahu. Perahu kertas warna warni.
Jika Kugi mengirim perahu kertasnya kepada “Neptunus” dewa laut itu, aku pun ingin mengirimnya kepada seseorang. Sesorang yang jauh disana. Berlayar denga kapal besar. Laju. Membuatnya begitu jauh. Sangat jauh.
Aku sadar perahu kertasku takkan mampu mengejarnya. mungkin baru berlayar beberapa menit saja perahu kertasku akan segera hancur dilumat air.
Terkadang aku berimajinsi, perahu kertasku merapat dipinggiran kapal yang dia naiki dan secara kebetulan dia menemukan perahu kertasku lantas membaca surat didalamnya. Namun imajinasi ku selalu gagal total saat aku tersadar itu adalah sebuah hayalan paling konyol yang tidak masuk akal. Dan aku tau itu tidak mungkin.

Aku selalu ingat saat kita bercanda dan kamu berkata “aku pintar dan ayu bodoh”itu katamu.Candaan itulah yang membuatku selalu tertawa jika mengingatnya karena aku menyadari aku memang bodoh. Hahaahaha :D
Sebenarnya candaanmu itu ada benarnya juga. Ya. Aku akui kamu memang pintar. Kamu pintar dimataku, dihatiku. Tapi sayangnya kamu tidak begitu peka untuk sekedar membaca perasaanku, membaca sikapku, membaca mataku. Maaf jika aku berkata seperti itu. Tapi itulah kamu. Kamu yang sudah dua tahun aku kenal. Kamu yang sudah dua tahun menghuni hatiku.
Setiap hari aku selalu menyempatkan untuk menulis tentangmu meskipun hanya beberapa kalimat saja kemudian ku lipat menjadi perahu kertas. Aku sadar aku hanya membuang-buang waktu, membuat jemariku lelah menari-nari diatas kertas, atau jika aku menjadi orang yang perhitungan ini hanya pemborosan tinta dan kertas. Ini lah kebodohanku. Dan kau sendiri sudah sangat tahu bahwa aku memang bodoh. Tapi aku bahagia dengan kebodohan mencintaimu, menulis tentangmu.
Ada lagi hal bodoh yang ku lakukan. Aku menggantung perahu kertas itu tanpa berani menghanyutkannya kelaut. Karena aku sudah tau ia takkan bisa mengejar kapal besarmu. Kau tahu tidak mengapa aku memilih menggantungkannya....??? Karena setidaknya dia akan bergerak jika tertiup angin.
Kamu adalah angin bagiku. Hanya bisa ku rasa tapi tak bisa ku genggam. Maka biarlah perahu kertas itu menjadi hiasan yang menggantung dikamarku dan menjadi arsip segala cerita tentangmu.
Meskipun perahu kertasku hanya terombang ambing oleh anginyang meniupnya, tidak melaju kesamudra yang kau lintasi dan tetap berada dalam kamarku, itu tak mengapa. Aku tidak menuntut apa-apa. Meskipun sejujurnya aku berharap kau bisa membaca semuanya. Tapii berhubug kau terlalu jauh, karena itu mustahil dan karena,,,,,,ahhh lupakanlah. Alasan apapun itu kau takkan bisa membacanya.
Biar waktu yang akan mempertemukan mu dengan perahu kertasku dan biar waktu yang membuatmu bisa membacanya walaupun tak memahaminya. Aku hanya berharap kamu tahu bahwa “kamu” semua tentang kamu adalah muatan perahu kertas ku.

Aku tidak pernah berhenti berharap kau kembali. Entah harapan itu akan jadi nyata atau tidak. Dan entah harus berapa tahun lagi aku harus menanti. 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, atau selamanya...?????? Aku tidak tahu. Yang aku tahu aku disini masih bermimpi untuk bisa bersamamu. Dan andai saat itu tiba aku akan menuliskan perahu kertas terakhirku “Menyayangi dengan tulus itu adalah saat dia berada sangat jauh denganmu namun kamu masih sanggup menantinya dengan jutaan kesabaran, dengan jutaan cara, bahkan dengan melakukan hal teraneh didunia sekalipun hanya untuk bertahan dan tetap menanti dia kembali”.
Kali ini aku akan benar-benar menghanyutkannya kelaut biru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme